Selasa, 24 Mei 2016

SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II SANG PEJUANG ISLAM

SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II SANG PEJUANG ISLAM

Benteng kuto besar merupakan peninggalan bersejarah dari Kesultanan Palembang Darusalam. Beberapa tahun pasca runtuhnya kerajaan Sriwijaya kemudian berdirilah kesultanan Palembang yang bernuansa islam dan berpusat di kota Palembang. Kesultanan Palembang Darusalam merupakan kerajaan islam yang besar pengaruhnya didalam pengajaran islam dinusantara. Kesultanan ini diprokamirkan oleh Sri Sesuhunan Abdul Rahman seorang bangsawan Palembang keturunan jawa tahun 1659 dan dihapuskan keberadaannya oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada 7 Oktober 1823. Walaupun pada masa kerajaan Sriwijaya ada penduduk muslim agama islam belum menjadi agama negara dengan diproklamirkannya kesultanan Palembang, Palembang darusalam ini maka agama islam resmi sebagai agama kerajaan atau negara hingga berakhirnya.

Kesultanan Palembang Darusalam ini mengalami perkembangan dan kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Mohamad Bahaudin. Selain itu dari kesultanan yang sudah berdiri sejak tahun 1700 ini lahir beberapa tokoh islam yang sangat berpengaruh perjuangan melawan penjajahan Belanda. Namun ada satu nama yang begitu luar biasa bahkan namanya digunakan sebagai nama museum hingga nama bandara dikota Palembang pun menggunakan namanya. Ia adalah Sultan Mahmud Badarudin II, sebenarnya siapakah dia, apa perannya bagi perkembangan kota Palembang?

Sultan Mahmud Badaruddin II adalah pemimpin Kesultanan Palembang Darusalam selama dua periode setelah pemerintahan ayahnya Sultan Mohamad Bahaudin. Sultan yang bernama asli beliau adalah Raden Muhamad Hasan ini dibesarkan dilingkungan kraton sebagaimana putra mahkota ia didik dan ditempa sebagai tahta Kesultanan Palembang dan pendidikan agamanya didapat dari ulama besar waktu itu seperti Syeh Abdul Somad Alembani, Syeh Mohammad Muhidin Bin Syihabudin, Syeh Ahmad Bin Abdullah dan masih ada beberapa ulama besar lagi.

Sultan Mahmud Badaruddin II adalah seorang yang memiliki sikap dan kepribadaian berani cepat dalam tindakan dan memiliki pandangan jauh kedepan serta kuat dalam memegang prinsip. Ia memiliki kemampuan besar untuk belajar dan memiliki otak yang cerdas ia menguasai bahasa Arab dan Portugis serta hafal kitab suci Al Quran. Selain sebagai sultan ia juga seorang ulama sholeh, imam besar masjid agung, tokoh tarekat samaniah, penulis, olahragawan terutama pencak silat, dia juga sangat gemar membaca menulis serta mempelajari ilmu pengetahuan baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Ia memiliki wawasan yang luas dengan didukung dengan koleksi perpustakaannya dikraton yang banyak. Ia sangat terpelajar organisator yang baik, diplomat ulung, ahli pertahanan yang pintar dan cekatan.

Pada masa pemerintahannya persaingan antara bangsa barat dalam perdagangan rempah-tempah dan timah yang berasal Palembang mencapai pencaknya dan sering terjadi peperangan di wilayah tersebut seputar Palembang dan latar belakangnya perselisihan itu untuk mendapatkan monopoli dalam perdagangan rempah-rempah dan timah. Dalam masa pemerintahannya Sultan Mahmud Badarudin beberapa kali memimpin pertempuran Inggris dan Belanda, diantaranya dalam perang tersebut perang mentang. Ketika Batavia berhasil diduduki pada tahun 1811 Sultan Mahmud justru berhasil membebaskan Palembang dari cengkaman belanda pada tanggal 14 Mei 1811. Melalui perjuangan panjang dalam membebaskan tanah Palembang dari tangan Belanda namun pada akhirnya pada tanggal 25 juni 1821 Palembang jatuh ketangan Belanda dan pada tanggal 13 Juni 1821 menjelang tengah malam Sultan Mahmud Badaruddin II beserta keluarganya menaiki kapal dengan tujuan Batavia kemudian dari Batavia Sultan Mahmud Badaruddin diasingkan ke Ternate oleh Belanda hingga akhirnya Sultan Mahmud Badaruddin II wafat pada 26 September 1852.

Dan oleh pemerintah Sultan Mahmud dianugerahkan gelar pahlawan nasional pada 29 Oktober 1984, nama Sultan Mahmud Badaruddin II diabadikan nama bandara nasional di Palembang yaitu Bandar Sultan Mahmud Badarudin II dan mata uang rupiah pecahan sepuluh ribu rupiah bahkan begitu berjasanya nama beliau. Disematkan sebagai nama museum yang menyimpan begitu banyak sejarah kota Palembang baik pada masa kerajaan Sriwijaya maupun Kesultanan Palembang Darusalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar