Jumat, 20 Mei 2016

HANA TAJIMA MUSLIMAH JEPANG TRENDSETTER HIJAB DUNIA

HANA TAJIMA MUSLIMAH JEPANG TRENDSETTER HIJAB DUNIA

Itulah julukan yang disematkan pada wanita cantik berdarah Jepang Inggris ini, pada para kalangan blogger namanya pasti sudah tak asing lagi. Ia dikenal sebagai desainer muslimah masa kini yang rancangannya banyak digandrungi terutama oleh kunjungan muslimah muda. Produk busana muslimah rancangannya pun telah dilepas kepasar dunia dan menjadi trend dinegara-negara barat. Gaya hijab yang diusung hana adalah elegant namun terlihat sederhana. Bagaimana perjalanan Hana Tajima didunia fashion? Gaya berjilbab yang ditunjukan perempuan berusia 27 tahun, ini tercipta secara tidak sengaja ketika usianya mencapai 17 tahun, ia memutuskan untuk menjadi mualaf. Hana yang kala itu baru memeluk islam ingin sekali mengenakan jilbab dan dengan maksud ingin menunjukan pada masyarakat barat bahwa para perempuan muslimahpun diumum dapat berbusana modis serta mengikuti trend fashion terkini.

Hana mula bergerak untuk mendesain busana muslimah lengkap dengan jilbabnya yang berbeda dengan yang sudah ada saat itu. Untuk mempopulerkan gaya busananya Hana memanfaatkan jaringan internet dengan membuat halaman web pribadi. Dan tidak disangka gaya busana yang ditampilkan laman web itu menarik para blogger muslimah Inggris. Hingga berawal dari situlah Hana memutuskan untuk mendirikan label produk busana muslimah yang ia rancang dan terinspirasi fashion barat namun tetap disesuaikan dengan kaidah islam meskipun produknya ditunjukan untuk para wanita muslimah. Namun Hana tidak nampak jika hasil rancangannya juga bisa dikenakan oleh kalangan wanita non muslim karena Hana mengaku kehidupannya pada dasarnya juga berasal dari percampuran dua pihak.
Dia juga tidak menampik bukan seorang muslim sejak lahir. Ia sebelum mengucap syahadat Hana adalah seorang non muslim. Ia tumbuh didaerah pedesaan yang berada dibarat daya Inggris. Kedua orang tuanya bukan termasuk orang yang religious namun mereka sangat menghargai perbedaan. Ditempat tinggalnya tidak ada seorang pun warga yang islam. Hingga persentuhannya dengan islam terjadi ketika Hana melanjutkan sekolah perguruan tinggi. Ia mengaku saat berkuliah ia memiliki beberapa teman yang beragama islam. Dalam pandangan Hana saat itu teman-temannya yang beragama islam terlihat berbeda mereka terlihat menjaga jarak dengan beberapa mahasiswa tertentu bahkan mereka menolak ketika dia diajak untuk berpesta malam disebuah club. Sehingga hal itu justru mengesankan dimata Hana. Terlebih lagi teman-temannya yang muslim dianggap sangat mengesankan saat diajak diskusi membahas materi kuliah dan menurutnya mahasiswa muslim lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca diperpustakaan atau berdiskusi dengan teman-teman muslimahnya.

Itulah secara berlahan Hana mulai tertarik dengan ilmu filsafat khususnya filsafat islam. Sejak saat itu pula Hana mulai mempelajari filsafat islam dari sumbernya langsung yaitu Al Quran. Dari Al Quran dipelajarinya ia menemukan fakta baru bahwa kitab suci umat islam ini lebih sesuai dengan kondisi saat ini. Hana berkata didalamnya saya menemukan berbagai referensi seputar isu-isu hak perempuan. Semakin saya banyak membaca semakin banyak saya menemukan setuju dengan ide-ide tertulis dibelakangnya. Dan saya dapat melihat mengapa islam memaknai teman-teman muslim saya. Rasa kagumnya terdapat pada ajaran-ajaran terdapat dalam Al Quran pada akhirnya membuat Hana memutuskan untuk memeluk islam tanpa menemui hambatan. Ia bersyahadat dan disaksikan oleh teman-temen muslimahnya. Dan menurutnya yang paling sulit saat itu adalah memberitahu pada keluarganya meskipun ia tahu orangtuanya akan bahagia selama ia merasa bahagia.
Sebagai seorang yang memeluk agama islam Hana Tajima sadar tidak semua muslimah tergerak untuk menutup auratnya dengan jilbab. Namun baginya jilbab adalah identitas seorang muslimah sebagai seorang mualaf desainer busana muslimah menjadi pusat perhatian ini memilih untuk mengenakan jilbab seperti halnya memutuskan untuk memeluk islam. Keputusan Hana untuk memakai jilbab tanpa paksaan. Ia mulai mengenakan jilbab pada hari yang sama saat dirinya mengucapkan syahadat. Karena baginya ini adalah cara terbaik untuk membedakan kehidupannya dimasa lalu dengan kehidupannya dimasa depan. Keputusannya untuk mengenakan jilbab kontan menuai reaksi beragam dari orang-orang disekitarnya terutama teman dekatnya. Karena sebelum mengenakan jilbab Hana terbentur dengan konotasi negative yang disematkan kepada orang-orang yang berjilbab. Karena itulah Hana mengaku ingin menciptakan seuatu yang membantu para muslimah dimanapun untuk terus termotivasi mengatasi rasa takut itu dan kini dengan busana muslimah yang dirancangnya kaum muslimah dinegara-negara barat bisa tampil dengan busana yang diterima masyarakat tanpa meninggalkan aturan yang dietapkan syariat islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar