PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH SAW DARI MEKAH KE MADINAH
Pada tahun ke-13 masehi kenabian Rasulullah SAW bersama kaum Bani Hasim menemui 75 orang dari penduduk Yasriq yang telah memeluk islam dibukit Aqobah. Dibukit aqobah tersebut penduduk Yasriq atau dikenal dengan sebutan Anshor berharap Nabi Muhammad untuk dapat berhijrah ketanah mereka yakni Madinah. Rasulullah SAW pun menyetujui permohonan dengan suatu ikatan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian Baiatul Aqobah kedua. Apa sebenarnya alasan Rasulullah SAW untuk hijrah ke Madinah? Dan apa yang dilakukan kaum musrik Qurais terhadap beliau?
Hijrah adalah perpindahan dari satu situasi ke situasi yang lain. Hijrah sendiri bernilai ibadah jika niatnya ntuk mencari ridho Allah dan mengikuti Rasulnya. Sebagaimana RAsulullah SAW bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya. Maka hijrahnya adalah kepada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari).
Peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah ini bukanlah peristiwa biasa. Pasalnya suburnya penegakan agama islam di Mekah terus mendapat penentangan dari kaum musrik Qurais. Kaum Qurais yang menguasai Mekah selalu berusaha mencari kelemahan dari Nabi dan kaum muslim lainnya. Karena itulah Nabi Muhammad SAW memandang bahwa kota Mekah saat itu tidak dapat lagi dijadikan pusat dakwah. Itulah yang membuat Rasulullah SAW memutuskan untuk berhijrah ke Madinah. Selain itu keputusan Madinah sebagai negeri hijrahnya juga didasarkan wahyu Allah SWT yang diterima Rasulullah SAW dimana Rasulullah SAW bersabda: “Aku pernah bermimpi berhijrah (pindah) dari makkah menuju suatu tempat yang ada kurmanya, lalu aku mengira daerah itu ialah Yammah atau Hajr (ahsa), (namun) ternyata daerah itu adalah Yatsrib.” (HR. Bukhari).
Disaat sebagian besar kaum muslimin hijrah dari Mekah Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar dan Ali Bin Abu Thalib ternyata memutuskan untuk sementara tinggal di Mekah. Penindasan dan penganiayaan yang dilakukan Qurais yang dilakukan pada sebagian kaum muslim masih tinggal semakin keras. Situasi kota Mekah pun menjadi genting dan mencekam hingga pada puncaknya pembesar Qurais memutuskan untuk berkumpul dan membicarakan pemufakatan jahat yakni ingin membunuh Rasulullah SAW. Rencana jahat tersebut akhirnya disambut dengan antusias oleh pemuka kaum Qurais lainnya.
Pada saat-saat genting itulah Rasulullah menerima wahyu dari Allah SWT berupa ayat Al Quran yang disampaikan melalui malaikat jibril. “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu, mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al Anfal 30).
Setelah menyampaikan wahyu dari Allah SWT malaikat jibril meminta agar Rasulullah meninggalkan tempat tidurnya dan segera hijrah ke Madinah. Rasulullah kemudian mendatangi rumah Abu Bakar untuk menemaninya hijrah ke Madinah, namun untuk mengalihkan perhatian kaum kafir Rasulullah dan Abu Bakar kemudian memutuskan menuju gua sura. Untuk mengkelabuhi pemuda Quraisi Rasulullah SAW memerintahkan Ali Bin Abu Thalib untuk tidur ditempat tidurnya. Namun pemuda dari kafir Qurais ternyata sudah datang dan mengepung rumah Nabi Muhammad. Rasulullah SAW kemudian bersama Abu Bakar keluar dari rumah tanpa sepengetahuan kaum kafir Qurais yang sedang tertidur lelap hingga pagi. Rencana kafir Qurais yang ingin membunuh Rasulullah pun gagal.
Kegagalan rencana jahat para pembesar Qurais ternyata membuat mereka semakin geram dan putus asa. Orang-orang kafir tersebut kemudian membuat sayambara kemudian diumumkan keseluruh penduduk disepanjang jalan Mekah menuju Madinah, bahwa siapa saja yang dapat membawa Nabi Muhammad hidup atau mati mereka akan mendapatkan 100 ekor unta. Sayambara tersebut kemudian terdengar hingga ke telinga Surakah Bin Malik, Surakah merupakan penunggang kuda yang memiliki perawakan tinggi besar dengan pandangan mata yang sangat tajam. Saat Surakah terus memacu kudanya tanpa diduga Surakah menemukan Rasulullah dalam perjalanan bersama Abu Bakar serta petunjuk jalan yang disewa bernama Amir Bin Fuhairah.
Namun subhanalloh, Surakah tampak kesulitan saat mendekati rombongan Nabi, berkali-kali kuda milik Surakah tidak bisa dikendalikan hingga membuatnya terpelanting. Surakah pun akhirnya menyerah dan mencoba mendatangi Rasulullah untuk meminta jaminan keamanan. Rasulullah SAW bersabda: “Rahasiakanlah keberadaan kami, lalu aku meminta kepada beliau agar menulis surat jaminan keamanan. Maka beliau menyuruh Amir Bin Fuhairah untuk menuliskannya pada kulit yang telah disamak. Lalu Rasulullah melanjutkan perjalanan.” (HR. Bukhari).
Setelah yakin Rasulullah melanjutkan perjalanannya dengan aman menuju Madinah. Surakah pun kembali pulang namun ditengah jalan berpapasan dengan orang-orag kafir yang hendak mengejar Rasulullah. Surakah pun mengalihkan jejak rombongan tersebut. Ketika mulai terdengar kabar keberangkatan Rasulullah SAW dari Mekah menuju Madinah hampir setiap hari kaum Ansor keluar dari rumahnya menunggu kedatangan beliau. Tiba-tiba seorang yahudi yang sedang dibangunan tinggi berteriak: “Wahai Bani Qilah, inilah kakek kalian yang kalian tunggu” (HR. Ibnu Ishaq).
Kaum Ansor sontak menyambut kedatangan Rasulullah, suara riuh shalawat dan takbir bergema dasyat dihari itu. Abu Dardar salah satu yang menyaksikan kisah ini menceritakan: “Aku tak pernah melihat penduduk Madinah lebih bergembira dengan sesuatu sebagaimana kegembiraan mereka dengan kedatangan Rasulullah SAW.” (HR. Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar