SILATURAHMI DENGAN BENDA MATI
Bersilaturahmi dengan sesama umat manusia pasti sudah sangat lazim terutama pasca hari raya idul fitri. Bahkan sudah menjadi sebutan sendiri di Indonesia sebagai halal bihalal. Akan tetapi bersilaturahmi dengan alam raya sebagai makhluk ciptaan tuhan atau ukhuwah makhlukyah termasuk masih langka disekitar kita. Padahal sebelum ini Rasulullah SAW telah mencontohkan silaturahmi dan menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan hidup ataupun benda mati. Lingkungan alam yaitu tanah, air dan langit atau lingkungan hidup seperti flora dan fauna atau dengan lingkungan mahluk spiritual seperti bangsa jin, malaikat dan para arwah manusia terdahulu.
Contohnya saja Nabi Sulaiman bersahabat dengan binatang seperti burung dan ikan liar, ia juga bersahabat dengan angin, jin dan malaikat dan mereka semua membantu penyelesaian masalah dan tantangan yang dihadapi Nabi Sulaiman AS. Dalam istilah agama islam tidak ada kata benda mati, istilah benda mati hanya ada dalam kamus manusia biasa. Hal ini ditegaskan dalam Al Quran yang artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada satupun melainkan bertasbih dengan memujiNya. Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al Isra 44).
Lalu mengapa kita juga harus bersilaturahmi dengan benda mati? Bersilaturahmi dengan benda mati tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan manusia. Gagal membangun silaturahmi dan keakraban dengan mereka bisa membawa marabahaya bagi umat manusia. Dalam firmannya Allah SWT telah mengingatkan manusia bahwa: “Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar Rum 41).
Bersilaturahmi dengan benda-benda mati telah banyak dicontohkan Rasulullah SAW diantaranya adalah Rasulullah SAW melarang keras mencemari air baik genangan air maupun air yang mengalir, suara tasbih pasir ditangan Rasulullah, batu keras yang menjadi lunak pada perang khandaq dan kasus didinding dan daun pintu yang berbicara pada Nabi. Dalam sebuah riwayat dijelaskan pada suatu waktu Rasulullah SAW menerima pemberian mimbar dari seoarang ibu yang terbuat dari kayu untuk mengantikan mimbar dari batang kurma. Ketika mimbar itu dibongkar pada hari jumat, tiba-tiba batang kurma tersebut menangis dalam riwayat lain Rasulullah SAW turun dari mimbar dan mengajak berdialog batang pohon kurma bekas mimbar tersebut. Pohon ini menangis karena tak lagi mendengar rahasia hati yang biasa disampaikan disampingnya, ujar Rasul setalah memeluk pohon tersebut. Setelah Rasulullah SAW memeluknya sipohon bahagia dan ia tak lagi menangis dan dirundung kesediahan.
Selain itu pada riwayat lain Rasulullah SAW mencontohkan silaturahmi dengan benda mati dengan memberi nama peralatan sehari-hari beliau seperti nama cangkir, sisir, cermin dan pedang beliau. Ini semua menunjukan bahwa benda mati juga memiliki nilai dihadapan Allah dan Rasulnya. Karena tak ada satupun ciptaan tuhan didunia ini yang sia-sia. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka. “ (QS. Ali Imran 191).
Lalu bagaimana kita bersilaturahmi dengan benda mati sedangkan mereka tidak berbicara. Cara kita bersilaturahmi dengan benda mati cukup dengan tak melakukan kerusakan dan kehancuran apa yang ada disekitar kita. Lingkungan alam yang sehat akan berperan penting bagi kesehatan lingkungan manusia. Namun jika kita tidak bisa bersahabat dengan mereka, maka mereka pun tidak bersahabat dengan kita. Jika pada dasarnya silaturahmi adalah menyambung hubungan rohim khusus kerabat atau umat manusia namun yang dimaksud silaturahmi dengan benda mati disini adalah sebuah kiasan untuk menghargai benda-benda dan lingkungan disekitar kita dengan tidak merusaknya.
Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah keimanan kita terhadap Allah SWT. Amin ya robal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar